Illustrasi gambar kakak beradik |
Namaku Ratih. Aku adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Ketika usiaku 6 tahun, ayah dan ibu seringkali bertengkar. Setiap kali itu terjadi, aku dan adikku hanya bisa diam di dalam kamar sambil menangis, berharap kebisingan ini segera berhenti.
Tidak hanya pertengkaran mulut yang kami dengar, tetapi juga pertengkaran disertai suara jerit kesakitan ibu yang seringkali menerima kekerasan dari ayah. Saat itu, aku ingat, adikku hanya mendekatiku tanpa berkata apapun, namun air matanya terus mengalir deras.
Selang tiga tahun kemudian, ayah mengajak seorang perempuan muda datang ke rumah tanpa sepengetahuan ibu. Awalnya aku tak tahu mengapa ayah tiba-tiba mengajak perempuan tersebut datang ke rumah, tetapi lama-lama aku paham, ternyata ayah telah berselingkuh dan bermaksud menceraikan ibu. Akhirnya setelah 10 tahun menikah, ayah dan ibu resmi bercerai.
Illustrasi gambar ibu yang menangis karena bercerai |
Saat ini usiaku lima belas tahun. Sebagai anak pertama dengan usia yang masih muda dan labil, aku tak tahu harus berbuat apa, hingga akhirnya aku bertemu dengan teman-teman yang bisa menerima "keberadaanku". Kerapkali aku diajak mereka ke dunia malam, supaya aku bisa melupakan rasa sedih dan kesepianku ini. Dan aku yang saat itu masih polos, bertemu dengan pria dewasa yang bisa mengayomiku seperti seorang ayah ideal seperti yang kuinginkan. Dia selalu memberikan apa yang kuminta, mulai dari tas bermerek, baju bermerek, bahkan makanan apapun yang kumau, selalu dibelikannya. Tak jarang pula dia memberikan uang untukku, agar aku bisa membantu mencukupkan kebutuhan di rumah. Hingga puncaknya, dua bulan kemudian, pria ini memintaku untuk melepaskan bajuku, sambil menyentuhku dengan lembut, dan akhirnya, hilanglah keperawananku. Tak lama kemudian, pria itu pergi meninggalkanku tanpa kabar. Ternyata pria itu hanya menginginkan bersetubuh denganku. Sungguh aku sangat menyesal. Tak ada orang tua yang memberitahukan padaku, betapa perlunya menjaga sebuah keperawanan.
Ketika aku pulang ke rumah, seringkali aku melihat ibu menangis. Ibu menjadi harus bekerja sangat keras sejak ayah meninggalkan kami. Sebagai seorang anak saat itu, sungguh, aku merasa sangat kesepian. Hidupku benar-benar kosong. Tak ada orang yang bisa kuajak berbicara untuk mencurahkan isi hatiku.
Seringkali aku iri dengan teman-temanku yang orang tuanya masih bersama. Hingga akhirnya, aku putuskan, bahwa aku akan merusak rumah tangga para suami istri yang masih utuh. Aku mulai mencari tahu di internet dan berkenalan dengan para pria beristri. Kurusak rumah tangga mereka dengan menjadi wanita simpanannya. Setelah puas, kuputuskan hubunganku dengan pria itu dan kucari lagi para pria beristri yang ingin kuhancurkan rumah tangganya.
Illustrasi gambar Ratih yang iri dan ingin menghancurkan rumah tangga orang lain |
Semua ini terjadi karena aku membenci ayahku. Harusnya keluargaku bisa utuh jika bukan karena keegoisan ayahku. Harusnya masa kecilku bisa bahagia jika ayahku mau mempertahankan rumah tangganya dengan ibu.
Kurusak juga diriku dengan obat-obatan terlarang, agar dapat kubuktikan pada ayahku bahwa bukan hanya dia saja yang bisa berbuat jahat.... aku pun juga bisa.
Lima tahun kemudian aku menikah dengan pria beristri yang menceraikan istrinya karena mengenalku. Kami memiliki satu anak. Anak ini kubesarkan sebagaimana cara ayah dan ibuku membesarkanku dulu. Kubentak anakku jika dia tidak menuruti perkataanku. Kupukul anakku jika dia mendapatkan nilai buruk di sekolahnya. Hingga ketika anakku remaja, dia hamil. Anakku sangat membenciku, dia benci atas perlakuan yang pernah kulakukan padanya ketika kecil, sehingga dia mencari pelampiasan ini atas rasa kesepiannya. Suamiku juga jarang pulang ke rumah. Seringkali ketika pulang, dia dalam keadaan mabuk, dan bukan tak jarang, kucium bau parfum wanita di bajunya.
Sungguh, aku benci hidupku! Mengapa masalah dalam hidupku datang bertubi-tubi. Tak bolehkah aku hidup bahagia? Ingin rasanya kuakhiri hidupku, supaya selesailah semua masalah dalam hidupku.
Pesan inspirasi dan moral cerita ini :
Para suami istri, janganlah kau curhat dengan lawan jenis, sebab itu artinya kau telah membuka celah di hatimu. Kau akan menjadi simpati dengan cerita lawan jenismu, kemudian selalu memikirkannya, merasa ingin selalu hadir untuk menyemangatinya, dan akhirnya kau jatuh ke dalam dosa. Jagalah perasaan pasanganmu! Ingatlah, ketika mengucap janji nikah, kalian sudah berjanji untuk selalu setia dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit. Pertanggungjawabkanlah janjimu ini di hadapan Allah dan pasanganmu sendiri.
Para suami, apakah kau merasa sudah bisa menjadi imam yang baik di keluargamu? Sudahkah kau didik istrimu agar menjadi orang yang takut akan Tuhan? Karena, hal terbesar yang bisa dilakukan seorang ayah bagi anak-anaknya adalah dengan mengasihi ibu mereka. Jangan biarkan masa kanak-kanak anakmu terhenti ketika orangtuanya bercerai, sebab anak-anak yang orangtuanya bercerai, tidak akan pernah pulih dari perceraian itu. Perceraian selalu memunculkan masalah baru yang baru akan terlihat bertahun-tahun kemudian.
Jika kau sebagai anak korban perceraian orang tuamu, ampunilah kesalahan orang tuamu. Ampunilah mereka, supaya kau tidak menyimpan dosa-dosanya. Jika kau membenci orang yang pernah menghancurkan keluargamu namun kau juga melakukan hal yang sama dengan orang yang kau benci, apa bedanya kau dengannya? Kau tidak akan bisa menjadi dewasa bila kau menjalani hidup dengan terus menyalahkan orang tuamu, teman-temanmu, saudaramu, atau lingkunganmu. Meskipun berat, meskipun kau sangat membenci mereka, percayalah, dengan mengampuni, maka kau sudah memutus kutuk generasi yang nantinya bisa dialami oleh keturunanmu.
Jangan kau rusak hidupmu, sebab dirimu berharga. Sujud dan mohonlah ampun pada Allah, sebab Allah tidak akan pernah memberikan cobaan di luar kemampuanmu. Sekalipun itu terjadi, Allah ingin mengujimu, apakah kau tetap setia percaya kepadaNya meski doamu belum dijawab. Jangan kau iri dan kau rusak rumah tangga orang lain, sebab Allah tidak akan pernah memberkati hubungan yang dari awalnya saja sudah tidak baik. Kau sudah berdosa membuat retak rumah tangga orang lain. Mengingini milik orang lain adalah masuk dalam dosa besar, itu bukanlah suatu kelemahan. Itu adalah dosa.
Jika suatu saat kau memiliki anak, apakah kau rela anakmu mengalami hal yang sama seperti kau alami, menjadi wanita/pria simpanan?
Mulailah hidup baru. Patahkanlah rasa benci itu. Berdamailah dengan dirimu. Tinggalkan pergaulan yang buruk, sebab pergaulan yang sesat akan merusak kebiasaan baikmu. Berkumpullah dengan orang-orang yang positif dan dekatkanlah dirimu pada Allah.
Sebab...
Allah rindu untuk bercakap-cakap denganmu dan menunggumu untuk kembali padaNya.
Sumber pesan inspirasi : Buku Berani Miliki Karakter Seorang Juara dan tambahan pesan inspirasi dari penulis.
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca artikel ini.
Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini.